Pura Luhur Besikalung | Artikel Terkait Bali

Minggu, 01 Juli 2007

Pura Luhur Besikalung

Pura Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan Gunung Batukaru. Secara teritorial wilayah ini termasuk wilayah Jatiluwih. Tapi yang menjadi pengempon pura berada di wilayah Desa Adat Ulu, Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Lokasi pura jika ditempuh dari Denpasar mencapai kurang lebih 50 km menuju Gunung Batukaru sisi selatan.

Pura Luhur Besi Kalung
Meskipun tak banyak sumber yang dapat dijadikan sebagai sebuah pegangan mengenai sejarah berdirinya Pura ini, tapi ada beberapa informasi yang dapat digunakan sebagai alternatif tentang asal-usul Pura. Sumber pertama: Prasasti Babahan I yang bertahun caka 839 (917 M) yang tersimpan di Pura Puseh Jambelangu Desa Adat Bolangan menyantumkan kalimat yang berbunyi ‘….. Cala Silunglung Kaklungan Pangulumbigyan….’. Dimana kata ini dapat diartikan, Bale suci (Cala Silunglung), kaklungan dan upacara pembersihan (Pangulumbigyan). Dari kalimat itu sangat dimungkinkan bahwa nama Besi Kalung berasal dari kata ‘Cala Silunglung’ yang berubah penyebutannya menjadi ‘Sikalung’ kemudian kembali mengalami perubahan ‘Besikalung’.

Sedangkan sumber kedua berasal dari adanya peninggalan Lingga yang ada pada palinggih pokok (agung). Dan menurut Jero Pemangku Agung bila lingga itu dipukul maka akan mengeluarkan suara nyaring seperti besi. Bentuk lingga itu bulat panjang dan pada bagian atasnya dihiasai dengan lingkaran seperti kalung, yang melingkarinya. Kemudian dari lingga yang seperti berkalung tersebutlah akhirnya Pura ini disebut dengan Pura Luhur Besikalung. Kenapa nama Pura ini didepannya berisi kata luhur karena letaknya yang ada di atas perbukitan. “Kata Besikalung juga dihubungkan dengan kata Pagerwesi yang berarti berpagar besi melingkar,” ujar Jero Mangku Agung Luhur Besikalung, I Gede Sukayasa. Hari Raya Pagerwesi, jatuh setiap Budha Kliwon Sinta bertepatan dengan Piodalan di Pura ini. Budha kliwon Pagerwesi menurut lontar Sunari gama sebagai pemujaan/ payogan Sang Hyang Pramesti Guru salah satu astek kemahakuasaan Ciwa sebagai Guru yang Agung yang dihormati oleh para Dewa dan semua makhluk hidup. Sedangkan Ida Bhatara malingga di Palinggih Pokok (Agung) menurut lontar Druwen Pura hal 185-186 disebutkan ‘samg Hyang Ciwa sakti’ dengan segala astek kemahakuasaan-Nya. Berdasarkan sumber yang disebutkan tadi dan sesuai denga peninggalan bersejarah berupa benda kepurbakalaan dapat diperkirakan bahwa Pura Luhur besikalung telah berdiri sejak abad IX-XII M. Dapat dilihat pula dari struktur bangunan palinggih yang berupa bebaturan yang dalam kepurbakalaan disebut tat batu berundak-undak. Yang menandakan bahwa pura ini merupakan peninggalan jaman megalitikum (jman batu besar). Karakteristik pemujaan pada jaman ini merupakan perpaduan pemujaan roh suci leluhur atau mereka yang dihormati dengan konsepsi-konsepsi ke-Tuhan-an Hindu yang datangnya dri India melalui Jawa. Jaman ini juga disebut juga dengan jaman Apaniaga yaitu peralihan dari jaman Bali Aga menuju jaman pengaruh-pengaruh kebudayaan Jawa dengan tatanan upacara Hindu Klasik.

Berdasarkan Prasasti Babahan I yang ditemukan di Pura Puseh Jambelangu mengisahkan perjalanan Raja Sri Ugracena ke Bali Utara dan sempat singgah pada pertapaan (pesraman) Rsi Pita Maha di Petung Bang Hyang Sidhi, beliau juga disebut dengan Bhiku Dharmeswara. Raja Sri Ugracena memberikan titah dan kewenangan pada Rsi Pita Maha untuk menyelesaikan upacara keagamaan bagi mereka yang meninggal salah pati, angulah pati. Hal inilah yang merupakan keistimewaan dan kekhususan Prasasti Babahan I yang dapat dikatakan sebagai satu-satunya Prasasti Bali yang memuat upacara Salah pati, Angulah Pati. Bang Hyang Sidhi yang disebut didalam prasasti Babahan I kini disebut Bangkyang Sidem terletak persis di sebelah timur Pura Luhur Besi kalung hanya dipisah kan oleh sungai (Yeh Ho). Di Pura subak Bangkyang Sidem sebagai situs kepurbakalaan terdapat 2 unit pura yang kecil diperkirakan sebagai tempat tinggal Sang Rsi dan yang satunya lagi terletak di bagian selatan agak di bawah diperkirakan sebagai tempat pemujaan harian beliau. Jika hipotesa ini benar maka ada kemungkinan Pura Luhur Besi kalung didirikan oleh Rsi Pita Maha pada masa pemerintahan Raja Ugracena yang bertahta atau memerintah pada caka 837 -864 atau sekitar 915-942 M. Mengingat prasasti Babahan I bertahun Caka 839 (917 M).

3 Comments:

Mudita said...

Perlu kiranya ditambah informasinya jika pingin lebih banyak informasi bisa hub saya di mudita_utu@yahoo.com

Mudita said...

Perlu kiranya ditambah informasinya jika pingin lebih banyak informasi bisa hub saya di mudita_utu@yahoo.com

ROSSALLY HARUN TENHAVE BORU PARDEDE said...

salam kenal ya mudita dari saya yg tinggal di amsterdam.saya sungguh senang baca tentang pura luhur besi kalung.waktu saya berlibur di nusa dua,saya ketemu dengan wanita/ibu komanang asriani suaminya wayan namo yasa.katanya peternak ayam di banjar banjar bolangan desa babahan.tahun ini saya mau liburan ke bali.niat mau ke banjar bolangan.mau ketemu teman saya itu.tapi saya binggung gimana cara nya bisa sampai ke desa itu.mudita bisa kah kamu memberi info tentang pura dan jati luwih.ok.salam kenal ya dari saya.moga kamu cepat balas e mail saya.trim,s.sally ten have-pardede

Related Articles